Kisah Pangeran Syarif (Jakarta)
Pangeran Syarif pergi menuju Desa Bendungan
Pada suatu ketika, Pangeran Sarif sedang berjalan menuju Desa Bendungan, beliau melewati daerah Pasar Minggu. Hujan gerimis pun menghampiri perjalanan Pangeran Syarif ketika sampai di sungai Ciliwung. Dalam perjalanan, dia melihat sebuah perahu yang berjalan ke arah kota. Pangeran Syarif merasakan hal yang aneh dengan pemilik perahu tersebut.
Beliau akhirnya masuk ke dalam semak-semak untuk menghilangkan jejak. Ternyata sang pemilik perahu mengikuti Pangeran Syarif dari belakang. Ketika Pangeran Syarif menoleh ke belakang, si pemilik perahu langsung terdiam dan berusaha menyembunyikan perahunya ke tempat yang dapat dijadikan tempat persembunyian. Berulangkali kejadian tersebut dilakukan, sehingga Pangeran Syarif harus mencari akal untuk menghilangkan jejak beliau, sebab beliau harus waspada akan mata-mata kaum penjajah yang ingin menangkap keberadaannya. Terlebih, Belanda sedang mencari keberadaan beliau di Jayakarta.
Pangeran Syarif masuk ke dalam terowongan
Pangeran Syarif mulai masuk ke dalam sebuah terowongan. Ternyata sang pemilik perahu juga ikut masuk ke dalam terowongan itu untuk mengikuti Pangeran Syarif. Terowongan yang dialalui oleh Pangeran Syarif tembus ke arah Sunter di dekat Pondok Gede.
Seseorang yang menguntit Pangeran Syarif cukup terheran dengan keberadaan terowongan yang dialaluinya. Terowongan itu terasa gelap dan sempit. Dia sempat berpikir, jangan-jangan terowongan itu adalah terowongan gaib, karena dia belum pernah melewati terowongan tersebut dalam hidupnya. Melihat terowongan tersebut saja tidak pernah, apalagi melewatinya. Akhirnya dia kembali ke arah Sungai Ciliwung, namun terowongan itu tidak ditemukannya kembali, hanya suasana gelap gulita yang dia rasakan. Sehingga dia tidak dapat kembali dengan selamat.
Akhirnya dengan keadaan cemas sekaligus takjub, sang pemilik perahu kembali menghampiri Pangeran Syarif. Dia mengayuh perahunya dengan sekuat tenaga untuk menghampiri Pangeran Syarif yang cukup jauh di depannya. Dia yakin bahwa Pangeran Syarif memiliki ilmu yang sangat tinggi hingga siapapun yang mencelakai diri beliau, akan mendapatkan sebuah keburukan.
Menjadi murid Pangeran Syarif yang setia
Si pemilik perahu akhirnya meminta ampunan kepada Pangeran Syarif atas perbuatannya menguntit beliau semenjak di Sungai Ciliwung. Dengan lembut Pangeran Syarif berkata bahwa sang pemilik perahu tidak perlu meminta ampunan kepada dirinya (Pangeran Syarif), namun meminta ampun lah kepada Allah SWT, sang pemilik alam semesta. Semenjak itu, si pemilik perahu akhirnya meminta diajarkan ilmu agama Islam dari pangeran syarif. Beliau betul-betul terpesona dengan kharisma serta kedalaman ilmu agama yang dimiliki Pangeran Syarif. Sehingga, sang pemilik perahu akhirnya menjadi salah satu murid yang setia Pangeran Syarif.