Kisah Abu Bakar Yang Mengkhawatirkan Rasulullah

Putraku Abu Bakar sudah masuk Islam. Sebagai keluarga, kami tidak menentangnya. Namun, kami mengkhawatirkannya. Orang-orang Mekkah yang dulu menyukai dirinya dan Muhammad mendadak menunjukkan permusuhan kepada mereka berdua. Sebagai ibunya, aku ingin ia baik-baik saja.

Suatu hari, sejumlah orang menggotong putraku karena dirinya pingsan. Ia tak sadarkan diri. Aku sangat ketakutan. Ternyata, orang-orang Mekkah melakukan apa yang selama ini kukhawatirkan akan terjadi. Hari itu Muhammad, putraku, dan sahabat- sahabat mereka pergi ke Kabah. Dalam perkelahian yang terjadi di sana, salah seorang di antara orang-orang Mekkah itu memukuli putraku hingga pingsan.

Aku langsung membawa Abu Bakar ke tempat tidurnya. Aku menunggu hingga petang, menantinya membuka mata. Ketika akhirnya ia membuka mata, aku gembira luar biasa.

Pertanyaan pertama yang diajukan putraku adalah, “Bagaimana keadaan Rasulullah?” Aku bingung dan gugup. Aku mencoba bertanya kepadanya, “Kau baik-baik saja, Nak?” Namun ia mengulangi pertanyaan yang sama, “Bagaimana keadaan Rasulullah? Apa yang terjadi pada beliau?”

Aku tak tahu apa-apa. Abu Bakar kemudian berkata kepadaku, lbu, pergilah dan cari tahu keadaan Rasulullah. Aku tak bisa makan jika belum mengetahui keadaan beliau.” Untuk mendapatkan berita, aku pun bangkit dan menemui seseorang yang kukenal. Tidak terjadi apa-apa dengan Muhammad. Rasulullah saw. baik-baik saja. Ketika mendengar kabar itu, putraku sangat gembira, la tenang sekarang, la pun melanjutkan beristirahat di rumah kami.

Kejadian itu sangat memengaruhiku. Hubungan macam apa ini? Jadi, Islam bisa menciptakan persaudaraan semacam itu. Tak lama setelah itu, hatiku semakin tertarik pada Islam. Karena percaya kepada Rasulullah SAW, aku pun memeluk Islam, bergabung dalam persaudaraan di antara kaum Muslim.