Anak Melon (Cina)
Pada zaman dahulu disebuah desa hiduplah sepasang suami isteri yang sebagai petani. Mereka sudah berumur dan hidup saling mencintai, namun nyatanya mereka tetap merasa kesepian dikarenakan tidak adanya anak-anak yang bercanda ria dan tertawa ria di dalam rumahnya.
Saat tiba musim dingin, sepasang petani itu selalu berkerja keras tetapi hasil dari ladang mereka hanya sebuah melon. Di bawalah melon itu pulang oleh pak tani. Keluhan datang dari sang isteri dengan hasil panen mereka pada musim tersebut yang tidak baik.
Tiba-tiba melon itu berbicara sehingga membuat sepasang petani terkejut, “Bagaimana kalau kalian menganggap aku sebagai anak?”
“Kau kan hanya sebuah melon dan bagaimana caranya kamu bisa menjadi anak kami? jawab pasangan petani itu.
“Aku telah menjadi anak kalian, setelah kalian menanam dan merawatu dengan baik.”
Anak Melon sebutan dari mereka. Tumbuhlah dengan cepat sehingga menjadi seorang pemuda yang rajin dan hebat. Anak Melon itu dapat mengerjakan semua pekerjaan yang ada di ladang kecil milik mereka sendiri, dari pekerjaan membajak, menanam, menyirami sampai membersihkan ladang. Yang akhirnya, Bapak dan Ibu tani sudah tidak perlu memikirkan kebutuhan makanannya sehari-hari karena dengan adanya Anak Melon semua kebutuhannya selalu terpenuhi.
Tiga tahun kemudian terjadilah perang. Para orang tua menangisi anak laki-laki mereka yang akan dipaksa untuk dijadikan tentara dan mengikuti perang. Para pemuda-pemuda itu banyak yang tidak bisa kembali kerumah mereka masing-masing.
raja mengutus beberapa pengawal kerajaan untuk mnecari semua pemuda yang ada di desa tersebut. Pada suatu ketika, didatangilah rumah pak tani oleh pengawal kerajaan dan ingin membawa si Anak Melon itu.
“Kami minta tolong dan mohon kepada tuan, jangan kalian bawa anak kami. Dia hanya berasal dari sebuah melon, dan bukan anak manusia biasa yang seperti lainnya.” Bapak dan Ibu tani itu berkata kepada pengawal kerajaan.
“Alah, kami tidak peduli mau anakmu melon,labu atau yang lainnya. Dia tetap harus ikut kami.” jawab pengawal kerajaan itu.
Memohon-mohonlah si bapak dan ibu tadi itu kepada pengawal kerajaan. Dengan tertawa para pengawal kerajaan berkata, ” Kalian masih tidak ingin menyerahkan anakmu kepada kami. Baiklah, kami akan memberitahu kepada kalian agar anakmu tidak usah megikuti perang.”
Dengan penuh harap, ibu tadi itu bertanya “Bagaimana caranya, tuan?”
“Kalian harus bisa mengumpulkan emas.”
“Emas…. Berapa banyak yang harus dikumpulkan. Tuan?”
“Tidak terlalu banyak, namun bisa dipakai untuk menutupi jalan dari rumahmu sampai gerbang istana.” Jawab pengawal kerajaan itu.
Sepasang petani itu hampir saja pingsan. Jumlahnya itu sangat banya, “Bagaimana caranya aku untuk mendapatkannya, bahkan melihat emas sebanyak itu pun aku belum pernah apalagi mempunyainya.”
“Yasudahlah pilihan yang harus kalian pilih ialah menyerahkan anakmu untuk ikut bersama kami,” kata pengawal kerajaan sambil tersenyum.
“Heiii tunggu!! baiklah aku mampu untuk menyediakan emas-emas itu untuk raja” munculah dari dalam rumah si Anak Melon itu dan berkata.
“Apakah kau bisa dan mampu?” kata pengawal kerajaan. “Kami akan memberi mu jangka waktu dua hari, apabila kamu tidak bisa memenuhinya. Dengan suka rela, kamu harus ikut bersama kami.”
“Baiklah, dua hari lebih cukup bagiku” jawab Anak Melon.