Kisah Ayam Yang Angkuh

Ayam Serama adalah raja di peternakan. Setiap waktu dia selalu membusungkan dada untuk memamerkan kekuasaannya. Sang pemilik peternakan juga sangat menyayanginya. Jika ada binatang lain yang mendekati Serama saat sedang makan, Serama jadi sangat marah, ia akan menakut-nakuti binatang itu hingga akhirnya setiap binatang yang mendekatinya pun lari tunggang langgang, takut terkena hajaran Serama.

Hingga suatu hari pemilik peternakan membeli ayam kalkun yang memiliki ukuran tubuh jauh lebih besar daripada Serama. Mula-mula tidak terjadi apa-apa di antara kalkun dan Serama. Tapi seiring berjalannya waktu, kalkun mulai menggantikan posisi Serama di mata pemilik peternakan. Dan juga binatang penghuni peternakan terkesan lebih menghargai kalkun dibandingkan Serama.

Serama merasa tersaingi, la tidak suka akan kehadiran kalkun. Saat kalkun tengah mengais tanah, Serama mendatanginya dengan gaya angkuhnya. Tapi Kalkun tidak mempedulikannya. Seolah-olah kehadiran Serama tidak berpengaruh apa pun.

Tiba-tiba Serama dengan gesit menerjang Kalkun. Namun, kalkun dapat mengelak. Perbuatan Serama telah membuat kalkun marah. Saat marah, sayap kalkun dikembangkan lebar-lebar. Jengger dan ekornya naik. Serama tidak berhenti. Dia mencoba menerjang kalkun lagi. Namun, kalkun berhasil menghalaunya. Kini kemarahan kalkun semakin memuncak, Ia pun balas menerjang Serama. Buk!

Serama terjungkal. Dadanya yang biasa membusung kini ciut. Sebentar kemudian dia bangkit dengan terhuyung-huyung.

“Kau perlu berlatih keras jika ingin melawanku,” ucap kalkun.

Serama sangat ketakutan. Lantas ia lari terbirit-terbirit meninggalkan kalkun.

Sejak saat itu, Serama tidak berani lagi bersikap angkuh, meskipun perilakunya yang suka membusungkan dada tetap masih ada.

Pesan Moral : Bersikap sombong adalah cara seseorang merendahkan dirinya sendiri. Di atas langit masih ada langit, jadi seharusnya kita tidak perlu sombong.