Kisah Beruang dan Rubah (Norwegia)

Pada zaman dahulu kala, ada seekor beruang yang hidup di hutan. Ia bahagia tinggal sendirian dalam rumahnya yang sederhana. Beruang itu sangat menyukai madu. Dan pada suatu hari datanglah seekor rubah jahat ke rumahnya. Waktu datang ke rumah Beruang, Si Rubah mengetuk keras-keras pintu sambil berpura-pura kesakitan. “Tolong… ada orangkah di dalam rumah, tolonglah aku,” jerit Si Rubah bersandiwara.

Beruang yang sedang santai di dalam rumah mendengar ketokan pintu dan suara minta tolong, maka ia segera membukaan pintu. Alangkah terkejutnya Beruang, karena di depan ada Rubah yang terluka. “Apa yang terjadi denganmu Rubah? Mengapa kakimu bisa terluka begini?,” tanya Beruang iba. Rubah kemudian menjawab pertanyaan Beruang, “Oh malang benar nasibku, tadi aku sedang jalan-jalan di hutan dan terperangkap oleh jebakan para pemburu liar hingga aku terluka begini. Untung bagiku, karena berhasil melepaskan diri dari jebakan itu.”.

Melihat Rubah yang kesakitan, Beruang pun merasa kasihan dan kemudian me­nolong si Rubah. Beruang kemudian mengizinkan Rubah untuk masuk ke rumahnya. “Ka­sihan sekali kamu Rubah, mari masuklah ke rumahku, akan kurawat luka-lukamu,” kata Beruang. Lalu Beruang pun membantu Rubah masuk ke rumah dan mendudukannya ke sebuah kursi. Rubah merasa senang karena sudah berhasil mengelabui Beruang. Dalam hati ia berkata. “He he he… bodoh sekali Beruang, hanya dengan pura-pura sakit saja ia sudah termakan tipuanku.”

Kemudian Beruang yang baik hati mengobati luka Si Rubah. Setelah itu Beruang akan pergi ke hutan untuk mencari madu. “Rubah, kau istirahatlah dulu di sini sampai lukamu benar-benar sembuh, kau jaga rumahku dulu karena aku akan ke hutan untuk mencari madu untuk persediaan,” terang Beruang. Lalu Beruang pun berjalan keluar menuju hutan sementara Si Rubah berbaring di kasur milik Beruang.

Setelah Rubah yakin jika Beruang sudah jauh masuk ke hutan. Ia segera melepas balutan luka yang menempel di tubuhnya. “He he… kini saatnya aku ambil madu-madu milik Si Beruang. Dasar Beruang bodoh, mudah sekali dikibulin,” ujar Rubah. Rubah ke­mudian mencari madu milik Beruang di lemari, setelah ia menemukannya, Rubah pun menguras habis persediaan madu milik Beruang dari lemari. Setelah itu ia segera pergi meninggalkan rumah Beruang, “Bye.. bye… Beruang bodoh… aku pergi dulu… terima kasih atas madunya,” sindir Rubah sembari meninggalkan rumah Beruang.

Selang beberapa waktu kemudian, Beruang sudah selesai mencari madu di hutan, ia kemudian jalan pulang ke rumah. “Hem… sudah cukup aku mencari madu hari ini, kini saatnya aku kembali ke rumah, eh bagaimana keadaan Si Rubah ya? Semoga saja lukanya cepat sembuh,” kata Beruang sembari jalan pulang. Sesampai di rumah Beruang heran mendapati rumahnya kosong. Ia masuk dan memanggil-manggil Rubah, “Hey Rubah kamu di mana… bagaimana keadaanmu,” teriak Beruang. “Ah mungkin Rubah sudah sembuh, dan mungkin juga ada urusan makanya ia buru-buru pergi,” ucap Beruang tanpa berpikir buruk.

Namun betapa terkejutnya Si Beruang saat ia membuka lemari persediaan madu. Semua madu di lemari kosong melompong, kini ia baru sadar bahwa ia sudah ditipu oleh Si Rubah. “Hah… maduku? Mana maduku? Pasti Rubah yang sudah mengambil maduku, oh betapa bodohnya aku ternyata Si Rubah telah menipuku,” kata Beruang kecewa. Namun Beruang kemudian mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, kejadian ini ia jadikan pelajaran baginya agar dia tidak terlalu percaya dengan orang.

Sementara itu Rubah berjalan di hutan dengan riang gembira. Ia senang sekali ka­rena mendapat madu gratisan. “Ahai… tanpa susah payah madu sudah kudapat, emang mudah sekali Si Beruang itu dibohongi ahai,” ucap Rubah senang. Tiba-tiba tanpa sadar, ia menginjak tali perangkap yang sudah dipasang para pemburu. Kaki rubah pun terikat dan ia terpelanting menggantung terbalik di sebuah pohon.

“Tolong-tolong… siapa pun tolong aku, aku terjebak… tolong… tolong,” teriak Rubah meminta tolong. Namun saat itu keadaan hutan lagi sepi tidak ada hewan lain yang mendengarkan teriakan Rubah. Sampai Rubah akhirnya kelelahan.

Kemudian para pemburu datang. Para pemburu senang melihat ada hewan buruan yang tertangkap. Mereka segera menangkap Rubah dan mengikatnya. Rubah pun tidak bisa berkutik, ia sadar bahwa apa yang terjadi padanya adalah karma dari perbuatannya mencuri madu milik Beruang. Rubah sangat menyesal namun penyesalan itu sudah ter­lambat. Para pemburu kemudian membawa pulang Rubah ke kampungnya untuk dija­dikan santapan.