Kisah Cinderella dan Sepatu Kaca (Perancis)

Pada zaman dahulu hiduplah seorang gadis cantik yang baik hati bernama Cinderella. Kebaikan hatinya membuat semua orang menyayanginya. Cinderalla hidup bersama ibu tirinya Tremaine dan kedua saudari tirinya bernama Anastasia dan Drizella. Berbeda dengan kebanyakan orang yang menyanyangi Cinderella, sang ibu dan dua saudari tirinya ini sangat membenci Cinderella. Mereka selalu memusuhi Cinderella dan dia diperlakukan seperti pembantu di rumahnya. Namun Cinderella tetap sabar dan menghadapi semuanya dengan senyuman.

Cinderella adalah anak yang rajin, sangat jauh berbeda dengan Anastasia dan Drizella yang sangat malas dan iri hati. Mereka selalu menyuruh Cinderella mengerjakan semua perkerjaan seperti membersihkan rumah, menjahit, memasak, dan berkebun. Meskipun selalu mendapat perlakuan buruk dari kedua saudarinya, namun Cinderella tidak pernah membalasnya maupun dendam kepada saudaranya itu. Cinderella tidak pernah mengeluh dan selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk membuat ibu tiri dan kedua saudari tirinya bahagia.

Hingga pada suatu hari, di desa mereka, datanglah seorang utusan dari istana memberitahukan pengumuman kerajaan. Utusan kerajaan itu datang ke rumah Nyonya Tremaine dan memberikan undangan khusus kepada keluarga Tremaine. Akan ada sebuah pesta besar di istana di mana raja menginginkan putra mahkotanya untuk segera mendapatkan calon istri. Karena itu, raja mengundang semua gadis muda dari keturunan bangsawan untuk datang ke istana.

Nyonya Tremaine sangat senang mendapat undangan itu, ia berkeingian salah satu anaknya Anastasia atau Drizella bisa dipersunting oleh Sang Pangeran. Saat itu Cinderella juga tahu jika ada undangan dari kerajaan. Dalam hati ia sangat senang, karena dari undangan itu berarti dirinya juga ikut diundang. Cinderella kemudian naik loteng, ia mencari gaun milik ibu kandungnya dulu. Cinderella pun menemukan gaun bekas milik ibunya, namun sayangnya gaun itu terkesan kuno. “Ah… ini dia gaun milik ibu dulu, ukuran­nya pas dengan badanku, tapi gaun ini agak sedikit kuno…. hem… baiklah akan kujahit dan aku modifikasi lagi,” ucap Cinderella. Kemudian Cinderella memodifikasi gaun bekas milik ibunya sehingga menjadi gaun yang indah dan anggun.

Sementara itu Nyonya Tremaine juga sudah menyiapkan gaun yang mahal untuk kedua putrinya. Siang itu, Nyonya Tremaine bersama Anastasia dan Drizella menjajal gaun yang baru mereka beli. “Bagaimana ibu, apakah gaun ini cocok untukku? Apakah aku kelihatan cantik dengan gaun ini ibu? Ah., aku sudah tidak sabar bertemu Sang Pangeran…,” kata Anastasia kepada ibunya. Si adik pun tak mau kalah, “Kalau ini gimana ibu? Aku cantik kan dengan gaun ini? Nanti Sang Pangeran pasti akan memilihku..,” ucap Drizella. “Lalu bagaimana dengan Cinderella ibu?” tanya Drizella. “Tenang saja putri-putriku yang cantik, aku nanti akan memberikan pekerjaan yang banyak untuk si Cinderella itu, sehingga sampai malam ia akan terus bekerja dan tidak akan datang ke istana he he,” jawab ibunya.

Nyonya Tremaine memang tidak ingin Cinderella pergi ke pesta yang akan diselenggarakan di istana. Dia ingin Sang Pangeran bertemu Anastasia dan Drizella lalu berharap pangeran akan menikahi salah satu dari kedua anaknya. Kemudian Nyonya Tremaine memberikan Cinderella pekerjaan yang sangat banyak. Dia akan membuat Cinderella sibuk sepanjang malam sehingga Cinderella tidak punya waktu untuk datang ke pesta besar istana.

Saat Nyonya Tremaine istirahat, Cinderella terus bekerja dengan giat. “Banyak sekali pekerjaan ini, apa aku bisa merampungkannya sampai malam nanti?, soalnya jika tidak selesai aku tidak bisa ikut ke pesta kerajaan.. oke baiklah… akan aku kebut pekerjaan ini, semoga bisa aku akan menyelesaikan pekerjaan ini sebelum malam,” ucap Cinderella penuh semangat. Lalu Cinderella melakukan pekerjaan tersebut dengan cepat.

Tiba-tiba datanglah teman-teman binatang Cinderella yaitu para tikus dan burung. “Halo.. Cinderella, bolehkah aku membantu pekerjaanmu,” ujar salah satu burung. “Eh.. kalian, aku harus menyeselaikan pekerjaan ini sebelum malam karena ada acara di istana nanti malam… terima kasih sudah datang membantu,” jawab Cinderella. Lalu para binatang pun membantu Cinderella, ada yang mencuci piring, menyapu, ada juga yang menghias gaun Cinderella dengan manik-manik.

Dan malam pun tiba. Nyonya Tremaine bersama kedua putrinya sudah berdandan cantik dan seiap berangkat ke pesta. Namun, betapa terkejutnya mereka saat keluar kamar, ternyata Cinderella juga sudah siap akan berangkat. Anastasia dan Drizella sangat iri melihat kecantikan Cinderella. Kemudian ibu bertanya kepada Cinderella, “Hey Cinderella, kenapa kau memakai gaun, bukankah aku memberimu tugas membersihkan rumah hari ini? Apakah pekerjaan itu sudah selesai?,” sentak Nyonya Tremaine. “Semua  Sudah aku selesaikan ibu, sekarang bolehkah aku ikut bersama kalian ke pesta istana ibu?,” tanya Cinderella.

“Tidak., tidak… kau tidak boleh ikut, emang kau ini siapa? Kau hanya gadis bodoh yang bertugas mengerjakan rumah,” teriak Anastasia. “Lebih baik kau di rumah saja Cinderella, Sang Pangeran tidak akan melihatmu karena dia akan memilihku,” tambah Drizella. Lalu Anastasia dan Drizella mendekati Cinderella dan merobek-robek gaun milik Cinderella. Setelah itu mereka bersama ibunya meninggalkan Cinderella di rumah sendirian.

Cinderella jadi sedih melihat gaunnya rusak. Mimpinya untuk pergi ke pesta dan bertemu pangeran telah pupus. Ia lalu berlari ke kebun sembari menangis. Pada saat itu tiba-tiba datanglah Ibu Peri. “Halo… Cinderella mengapa kau bersedih hati,” tanya Ibu Peri. “Aku tidak bisa datang ke pesta istana Ibu Peri, gaunku sudah rusak,” jawab Cinderella. Kemudian dengan tongkat ajaibnya, Ibu Peri merubah gaun Cinderella yang telah sobek-sobek menjadi gaun yang sangat indah. Ibu Peri juga memberikan sepatu kaca yang bagus kepada Cinderella.

“Terima kasih Ibu Peri,” ucap Cinderella. “Tapi bagaimana aku bisa ke istana, loka­sinya cukup jauh, jika aku berlari pun pesta pasti sudah selesai,” ujar Cinderella bingung. Ibu Peri kemudian berkata, “Jangan khawatir putriku yang cantik… bibibidi… bibibidi.” Tiba-tiba dengan tongkat ajaibnya, Ibu Peri merubah buah labu menjadi kereta kuda yang indah. Cinderella pun segera naik. Namun sebelum Cinderella pergi, Ibu Peri mengingatkan pada Cinderella bahwa mantra sihirnya akan hilang tepat jam 12 malam, oleh karenanya Cinderella harus pulang sebelum jam itu.

Cinderella pun berangkat dengan kereta kuda itu. Dalam sekejap sampailah ia ke istana. Di pesta, Sang Pangeran yang tampan sangat terpesona dengan kecantikan Cinderella, ia tidak bisa melepaskan pandangan matanya dari Cinderella. Lalu Sang Pangeran mengajak Cinderella berdansa saat musik orkestra dimainkan. Nyonya Tre- maine dan kedua putrinya jengkel melihat Cinderella berhasil datang ke pesta apalagi pangeran mengajaknya berdansa.

Jam pun menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Cinderella ingat kata-kata ibu Peri. “Maaf Pangeran, aku harus segera pergi,” kata Cinderella. Ia pun segera berlari meninggalkan pesta dan Sang Pangeran. Sang Pangeran yang belum sempat menanyakan nama Cinderella pun mengejarnya. “Tunggu dulu nona… siapakah namamu nona?,” tanya Pangeran sambil berteriak. Namun Cinderella terus berlari karena ia takut sihir ibu pergi akan hilang tepat jam 12 malam, saat berlari salah satu sepatu kacanya copot. Kemudian Sang Pangeran memungut sepatu kaca itu.

Setelah Cinderella pergi, Sang Pangeran tidak dapat melupakan Cinderella. Ia terus memikirkan gadis yang diajaknya berdansa semalam. Sementara, sesampai di rumah, Cinderella mendapat hukuman dari ibunya, ia pun dikurung tidak boleh keluar rumah dan harus mengerjakan pekerjaan rumah yang berat.

Esoknya, Sang Pangeran berkeliling ke desa. Ia bersama pengawalnya mendatangi setiap rumah. Setiap gadis diberbolehkan mencoba memakai sepatu kaca yang pangeran bawa, jika ukuran kakinya pas dengan sepatu itu maka kemungkinan besar gadis itu ada­lah yang dicari oleh Sang Pangeran.

Sampai kemudian tibalah Sang Pangeran ke rumah Nyonya Tremaine. Sebelumnya Nyonya Tremaine sudah menyuruh Cinderella agar ada di dapur mencuci piring dan tidak usah keluar ketika Sang Pangeran datang. Cinderella menuruti kata ibunya meski dalam hati ia ingin bertemu dengan Pangeran idamannya itu. Lalu Anastasia dan Drizella mencoba sepatu itu. Pertama adalah Anastasia dahulu, “Yes..masuk, sepatu ini pas di kakiku, akulah putri yang kau cari Pangeran,” ucap Anastasia senang. Namun Sang Pangeran menggelengkan kepala, “Tidak., tidak sepatu ini terlalu besar, kamu bukanlah pemilik sepatu kaca ini?,” jawab Sang Pangeran. Setelah itu giliran Drizella, “Kamu kalah kakak Anastasia, sepatu itu tentulah cocok di kakiku,” ucap Drizella senang. Namun saat Drizella mencobanya, bukannya cocok malah kaki Drizella tidak bisa dimasukkan ke sepatu karena kakinya terlalu besar.

Maka Sang Pangeran pun kemudian pamit pergi. Namun sebelum Sang Pangeran bergegas, salah seorang pengawal ingat bahwa dulu saat ia mengirim surat undangan dia juga melihat seorang anak gadis yang sangat berbeda dengan Anastasia dan Drizella. Ia pun memberitahukan hal itu pada pangeran. Lalu pangeran menanyakan hal itu pada Nyonya Tremaine. Nyonya Tremaine pun tidak bisa mengelak, maka dengan terpaksa ia memanggil Cinderella keluar.

Cinderella kemudian keluar dan memakai sepatu kaca itu. Betapa senangnya Pangeran setelah tahu ternyata sepatu kaca yang ia bawa cocok dengan kaki Cinderella. Pangeran sangat senang karena ia sudah berhasil menemukan gadis yang ia cari. Begitu juga Cinderella, akhirnya mimpinya mendapatkan Pangeran idamannya pun tercapai. Pangeran kemudian membawa Cinderella ke istana dan menikahinya. Pangeran dan Cinderella pun hidup bahagia di istana.