Kisah Kejujuran Tukang Kayu (Jerman)

Wajah Tukang Kayu terlihat murung. Sudah beberapa kali ia mencari kapaknya, tetapi tak jua menemukannya. Padahal, ia yakin kapaknya pasti ada di salah satu tempat yang ia datangi.

Hingga waktu hampir sore, tukang kayu tak jua menemukan kapak miliknya, la jadi semakin sedih, la pun pulang dengan hati gundah, sebab hari ini tak memperoleh apa pun.

“Bagaimana aku bisa bekerja besok? Aku tak punya uang untuk membeli kapak baru,” keluh si tukang kayu.

Tukang kayu duduk di depan rumahnya, la termenung memikirkan hari esok, la harus bekerja untuk memberi makan anak dan istrinya. Namun, jika kapaknya tak ditemukan, tentu ia jadi tidak bisa bekerja.

Tiba-tiba ada orang asing lewat di depan rumahnya. Melihat tukang kayu bersedih, orang asing itu bertanya kepada tukang kayu.Tukang kayu lantas menceritakan masalahnya.

“Tadi aku menemukan ini di hutan, apakah ini milikmu?” Tanya orang asing itu seraya menyodorkan kapak yang terbuat dari emas.

“Bukan. Itu bukan milikku. Kapakku bukan terbuat dari emas” ucap tukang kayu jujur.

“Atau mungkin kapak ini?” orang asing tersebut menyodorkan kapak lainnya, kali ini terbuat dari perak. “Aku juga menemukan kapak ini di hutan. Barangkali ini milikmu.”

“Itu juga bukan milikku. Aku tak mungkin mampu membeli kapak yang terbuat dari perak,” jawab tukang kayu.

Orang asing itu tersenyum. Kemudian ia menyodorkan satu kapak lagi yang terbuat dari besi. “Kalau kapak ini, apakah bukan milikmu juga?” tanya orang asing itu.

“Betul sekali, itu adalah kapak milikku!” seru si tukang kayu, senang. “Kapak milikku terbuat dari besi biasa.”

Orang asing itu sungguh heran sekaligus kagum, la senang bertemu dengan orang yang jujur seperti si tukang kayu. Maka, sebagai hadiah atas kejujuran tukang kayu. Orang asing itu memberikan semua kapaknya kepada si tukang kayu.

Pesan Moral :

Berkata jujur dapat mendatangkan kebaikan. Belajar dari si tukang kayu yang juur, ia hanya mengakui dan mengambil apa yang memang menjadi miliknya.