Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW merupakan anak dari pasangan Abdullah dan Aminah. Nabi Muhammad SAW diperkirakan lahir pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun gajah. Disebutkan sebagai tahun gajah dikarenakan Nabi Muhammad lahir 55 hari setelah serangan pasukan gajah Abrahah ke Makkah.

Sebelum lahir, ayah Nabi Muhammad sudah lebih dulu wafat, meninggalkan ibunya seorang diri. Pada waktu subuh, tiba-tiba kamar Aminah menjadi terang. Seberkas cahaya keluar dari rahimnya. Aminah melihat ke arah cahaya tersebut. Ia dapat melihat istana-istana Bushra di Syam. Hal tersebut pernah ia alami sebelumnya ketika usia kandungannya masih muda.

Sesaat kemudian, Nabi Muhammad pun lahir ke dunia. Ummu Aiman, pembantu Aminah segera menemui Abdul Muthalib dan mengabarkan kelahiran tersebut. Betapa bahagianya Abdul Muthalib saat itu. Ia segera menemui cucunya dan menggendongnya dengan penuh suka cita. Kemudian Abdul Muthalib membawa cucunya ke Kakbah.

“Aku bersyukur kepada-Mu, wahai Rabb Kakbah!” ucap Abdul Muthalib di depan Kakbah. “Wahai Rabb Kakbah, lindungilah cucuku dan berkahilah dia.”

Abdul Muthalib kemudian menamai cucunya Muhammad, agar semua orang di bumi dan di langit memujinya. Nama itu terdengar asing di telinga orang-orang Makkah. Namun ahli kitab telah akrab dengan nama tersebut. mereka mengenal nama itu dari kitab-kitab suci. Mereka mengenal Muhammad seperti mengenali anak-anak mereka sendiri.

Bani Abdul Muthalib turut bersuka cita atas kelahiran Muhammad. Setelah bersyukur dan berdoa di depan Kakbah, Abdul Muthalib membawa Muhammad kembali kepadanya ibunya. Ibunda Aminah segera menyusui putranya itu.

Tujuh hari kemudian, sesuai tradisi bangsa Arab, Muhammad lantas dikhitan. Ketika itu, Tsuwaibah sedang menyusui anaknya. Tsuwaibah adalah mantan budak Abu Lahab.

Abdul Muthalib meminta Tsuwaibah untuk menyusui Muhammad. Tsuwaibah pun menjadi wanita kedua setelah ibunda, Aminah yang menyusui calon utusan Allah SWT. Kelak, bayi yang baru lahir itu akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.