Kisah Nabi Idris as.

Sejak wafatnya Nabi Adam, umat manusia telah memiliki keturunan yang banyak. Mereka kemudian menjadi kaum-kaum tersendiri.

Pada suatu ketika, di suatu kaum, umat manusia mulai melanggar perintah Allah. Mereka berbuat sesuka hati dengan menuruti hawa nafsunya. Mereka berbuat kerusakan dan kejahatan. Kaum ini mulai jauh dari ajaran Nabi Adam yang patuh kepada Allah. Mereka juga me­nyembah selain Allah.

Allah kemudian mengirim seseorang dari keturunan Qabil dan Iqlima yang dulu lari dari Nabi Adam. Dialah Nabi Idris, keturunan keenam dari Nabi Adam. Nabi Idris pun diberi akal dan hati yang bersih. Ilmu pengetahuannya luas dan sangat pandai. Dengan kelebihan itulah Nabi Idris mulai mengajak umatnya untuk kembali pada jalan Allah.

Datangnya sang utusan Allah ini tidak begitu saja diterima oleh kaum­nya. Anjuran, nasihat, dan perkataan Nabi Idris tidak ada yang dituruti. Mereka justru berusaha menyingkirkannya. Mereka melihat Nabi Idris hanya manusia biasa dan tidak punya kelebihan apa-apa.

Menaklukkan Binatang

Melihat ini, Nabi Idris berpikir bahwa dibutuhkan bukti untuk mendekati mereka. Pada waktu itu, manusia masih belum bisa mengendali­kan binatang. Semua manusia bepergian dengan berjalan kaki. Atas izin Allah, Nabi Idris kemudian bisa menaklukkan kuda, dan bisa menaikinya. Dia pun mendatangi kaumnya dengan menaiki kuda itu.

Semua yang melihat kejadian itu lalu terkejut.

“Lihatlah, siapa yang datang dengan naik kuda itu?” kata seseorang dengan sangat kaget.

“Iya, siapakah itu? Sungguh hebat orang itu. Dia bisa naik kuda!” sahut yang lain.

“Betul, dengan itu dia bisa pergi tanpa merasa lelah. Luar biasa sekali!”

“Bukankah itu Idris?” seseorang dari mereka kemudian mengenalinya.

Nabi Idris pun mendatangi mereka dan berkata, “Atas izin dari Allah, aku bisa menaiki kuda dan bisa pergi tanpa kelelahan. Kuda ini juga bisa membawa barang-barang. Apakah kalian masih tidak percaya pada kebesaran dan petunjuk Allah!”

Kabar Nabi Idris menunggang kuda akhirnya tersebar ke seluruh negeri. Orang-orang mulai percaya bahwa Nabi Idris adalah utusan Allah. Sebagian dari mereka juga mulai mengikuti perkataan Nabi Idris. Tetapi, sudah menjadi sifat manusia, tetap ada sebagian yang masih tidak percaya. Orang-orang yang tidak percaya ini malah menuduh Nabi Idris sebagai tukang tipu.

Menulis, Membaca, dan Berpakaian

Nabi Idris pun berusaha memberikan bukti yang lain. Ketika itu, manusia masih belum bisa menulis dan membaca. Atas izin Allah, Nabi Idris diberi kepandaian untuk menulis dan membaca. Semua orang merasa heran melihatnya. Ini sesuatu yang baru dan membuat orang kagum. Pengikut Nabi Idris pun mulai bertambah.

Nabi Idris juga menunjukkan kelebihan lain untuk mendekati kaumnya. Ketika itu, orang-orang masih banyak yang tinggal di gua dan di bawah pohon. Padahal keadaan alam sangat tidak menentu, bisa sangat panas dan bisa sangat dingin. Cuacanya juga begitu buruk. Sementara untuk menutupi hawa dingin dan panas pada tubuh mereka, mereka memakai kulit pohon dan daun. Keadaan mereka sangat mengenaskan.

Suatu hari, ketika orang-orang kedinginan, datanglah seorang dengan pakaian yang ada di tubuhnya. Pakaian itu sangat bagus dan indah. Cocok dengan tubuh yang perkasa dan wajah yang anggun. Dengan pakaian itu, orang itu begitu sepadan dan enak dilihat. Orang-orang merasa heran.

“Lihatlah, lihat orang itu, Mengapa dia tidak takut pada hawa dingin ini?” kata seseorang merasa heran.

Yang lain pun segera melihat dan berkata pula, “Lihat juga, apa yang menempel pada tubuhnya, sungguh indah dan elok, bagaimana dia bisa membuat itu?”

Yang lain pun segera melihat dan berkata pula, “Lihat juga, apa yang menempel pada tubuhnya, sungguh indah dan elok, bagaimana dia bisa membuat itu?”

Orang yang mereka katakan itu kemudian mendekat dan membuat semua orang terkejut. Ternyata, orang itu adalah Nabi Idris. Memanfaatkan kekaguman mereka, Nabi Idris pun segera mengajak mereka untuk kembali kepada Allah dengan cara mengajarkan kepada mereka cara membuat pakaian. Mereka merasa senang dan mulai percaya pada Nabi Idris.

Meski sudah banyak kelebihan yang diberikan Nabi Idris, ternyata masih banyak juga orang yang tidak percaya. Semua karena iri dan dengki yang kemudian menimbulkan sikap sombong. Akhirnya, mereka tidak bisa membedakan mana yang baik dan benar lalu malah mengajak orang lain untuk tidak percaya kepada Nabi Idris.

Namun, Nabi Idris adalah seorang yang sabar dan pemaaf. Dia tidak suka menyombongkan diri. Dia tidak pernah putus asa dan justru memohonkan ampunan untuk semua manusia. Dia memaafkan orang- orang yang berbuat jahat dan tetap berbuat baik kepada mereka sehingga banyak orang semakin menyukai Nabi Idris. Pengikut Nabi Idris pun semakin banyak dan orang-orang yang berbuat jahat kepada Nabi Idris mulai ditinggalkan kaumnya.

Pesan :

Jangan kita sampai iri dengan seseorang ya. Setiap orang punya kelebihan. Ada yang pintar menulis, menggambar, menyanyi, dan lain-lain. Kita pun juga pasti punya kelebihan sendiri. Ayo, kita gali kelebihan kita agar kita dapat terus melatihnya.

Kalau kita sudah iri, kita akan sulit membedakan yang baik dan benar. Lihatlah kaum Nabi Idris. Saat Nabi Idris sudah memberikan banyak bukti pun, mereka tetap tidak percaya. Akibatnya, mereka malah bersikap sombong. Jangan sampai kita seperti itu ya.

Ayat Al-Quran Mengenai Nabi Idris

Nabi Idris a.s. disebut dalam Alquran di dalam ayat-ayat ini:

  • Surah Maryam [19] : ayat 56-67
  • Surah Al-anbiya’ [21] : ayat 85-86

Garis Keturunan

Adam a.s. => Syits => Anusy =>. Qainan => Mahlail => Yarid => Idris a.s.

Tentang Nabi Idris

  • Usia Periode sejarah : 345 tahun 4533 – 4188 SM
  • Tempat diutus (lokasi) : Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis)
  • Tempat wafat : Allah mengangkatnya ke langit