Kisah Rubah dan Kucing

Di hutan rimba, hiduplah seekor Rubah dan Kucing. Mereka sering bertengkar. Terka­dang perselisihan itu membuat salah satu dari mereka marah.

Kini, mereka sedang bersedih karena su­dah tiga hari belum makan. Rubah dan Kucing akhirnya memutuskan untuk pergi berkela­na. Mereka bersama-sama berburu tikus atau ayam yang gemuk.

Ketika telah jauh berjalan, mereka mera­sa sangat lelah. Apalagi matahari bersinar de­ngan teriknya.

“Rubah, lihatlah. Ada pohon besar yang rindang,” kata Kucing sambil menunjuk sebu­ah pohon.

“Kita istirahat dulu di bawah pohon itu,” sahut Rubah.

Mereka pun langsung bersandaran di ba­wah pohon itu. Suasana sejuk membuat mereka mampu melupakan rasa lapar mereka sejenak. Tapi, tiba-tiba mereka bertengkar tanpa alasan.

“Kamu pikir kamu yang paling pandai? Atau kamu hanya sok tahu? Aku merasa akulah yang lebih banyak mengetahui trik-trik diban­dingkan kamu,” kata Rubah dengan angkuh.

Aku memang hanya menguasai satu trik. Tapi, satu trik ini lebih baik daripada trik-trik­mu,” jawab Kucing dengan marah.

Tak berapa lama, terdengar terompet pem­buru dan gonggongan anjing pemburu. Dalam sekejap, Kucing memanjat ke atas pohon dan bersembunyi di antara dedaunan lebat.

“Inilah trikku. Sekarang perlihatkan pa­daku trik-trikmu yang berharga,” kata Kucing dari atas pohon.

Walaupun Rubah memiliki banyak trik, ia tidak dapat menentukan trik mana yang akan dicobanya terlebih dahulu. Sang anjing pemburu pun telanjur bergerak mendekat dan akhirnya sang Rubah tak bisa meloloskan dirinya.

Pesan Moral : Jangan merasa sombong dengan ilmu yang dimiliki. Tirulah sifat padi, se­makin berisi semakin merunduk, dan semakin mempunyai banyak ilmu se­makin rendah hati.